PP. Tholabussalam

Senin, 16 Agustus 2010

Jadwal Puasa Ramadhan 1431 H / 2010 M

Minggu, 15 Agustus 2010

Panembahan Hanyakrawati

Panembahan Hanyakrawati
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Mas Jolang)
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Sri Susuhunan Adi Prabu Hanyakrawati Senapati-ing-Ngalaga Mataram (lahir: Kotagede, ? - wafat: Krapyak, 1613) adalah raja kedua Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1601-1613. Ia juga sering disebut dengan gelar anumerta Panembahan Seda ing Krapyak, atau cukup Panembahan Seda Krapyak, yang bermakna "Baginda yang wafat di Krapyak". Tokoh ini merupakan ayah dari Sultan Agung, raja terbesar Mataram yang juga pahlawan nasional Indonesia.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Silsilah keluarga
* 2 Peran awal
* 3 Pemberontakan Pangeran Puger
* 4 Menyerang Surabaya
* 5 Kematian di Krapyak
* 6 Catatan
* 7 Kepustakaan

[sunting] Silsilah keluarga

Nama asli Prabu Hanyakrawati adalah Raden Mas Jolang, putra Panembahan Senapati raja pertama Kesultanan Mataram. Ibunya bernama Ratu Mas Waskitajawi, putri Ki Ageng Panjawi, penguasa Pati. Antara kedua orang tua Mas Jolang tersebut masih terjalin hubungan sepupu.

Ketika menjabat sebagai Adipati Anom (putra mahkota), Mas Jolang menikah dengan Ratu Tulungayu putri dari Ponorogo. Namun perkawinan tersebut tidak juga dikaruniai putra, padahal Mas Jolang terlanjur berjanji jika kelak dirinya menjadi raja, kedudukan Adipati Anom akan diwariskan kepada putra yang dilahirkan Ratu Tulungayu.

Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma

Sultan Agung dari Mataram
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sultan Agung)
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini tidak memiliki referensi sumber sehingga isinya tidak bisa diverifikasi.
Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak.
Artikel yang tidak dapat diverifikasikan dapat dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Untuk Sultan Banjar, lihat Sultan Agung dari Banjar.
Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma
Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram
Sultan Agung Senapati-ing-Ngalaga Abdurrahman
Susuhunan Hanyakrakusuma
Panembahan Hanyakrakusuma
Prabu Pandita Hanyakrakusuma
Senapati-ing-Ngalaga Sayidin Panatagama
Sultan Agung.jpg
Lukisan Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma
Memerintah 1613 – 1645
Lahir 1593
Kutagede, Mataram
Meninggal 1645 (umur 52)
Kerta, Mataram
Pendahulu Adipati Martapura
Pengganti Amangkurat I
Selir Ratu Kulon putri Kesultanan Cirebon
Ratu Wetan putri Adipati Batang
Wangsa Dinasti Mataram
Ayah Panembahan Hanyakrawati
Ibu Ratu Mas Adi Dyah Banawati
Perangko Republik Indonesia cetakan tahun 2006 edisi Sultan Agung.

Amangkurat I

Sri Susuhunan Amangkurat Agung atau disingkat Amangkurat I adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah tahun 1646-1677. Ia adalah anak dari Sultan Agung Hanyokrokusumo. Ia banyak mengalami pemberontakan selama masa pemerintahannya. Ia meninggal dalam pelariannya tahun 1677 dan dimakamkan di Tegalwangi (dekat Tegal), sehingga dikenal pula dengan gelar anumerta Sunan Tegalwangi atau Sunan Tegalarum. Nama lainnya ialah Sunan Getek, karena ia terluka saat menumpas pemberontakan Mas Alit adiknya sendiri.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Silsilah Amangkurat I
* 2 Awal pemerintahan
* 3 Hubungan dengan pihak lain
* 4 Perselisihan dengan putra mahkota
* 5 Pemberontakan Trunajaya
* 6 Kematian Amangkurat I
* 7 Kepustakaan

[sunting] Silsilah Amangkurat I

Nama aslinya adalah Raden Mas Sayidin, putra Sultan Agung. Ibunya bergelar Ratu Wetan, yaitu putri Tumenggung Upasanta bupati Batang (keturunan Ki Juru Martani). Ketika menjabat Adipati Anom ia bergelar Pangeran Arya Prabu Adi Mataram.

Sebagaimana umumnya raja-raja Mataram, Amangkurat I memiliki dua orang permaisuri. Putri Pangeran Pekik dari Surabaya menjadi Ratu Kulon yang melahirkan Raden Mas Rahmat, kelak menjadi Amangkurat II. Sedangkan putri keluarga Kajoran menjadi Ratu Wetan yang melahirkan Raden Mas Drajat, kelak menjadi Pakubuwana I.
[sunting] Awal pemerintahan

Pada tahun 1645 ia diangkat menjadi raja Mataram untuk menggantikan ayahnya, dan mendapat gelar Susuhunan Ing Alaga. Ketika dinobatkan secara resmi tahun 1646, ia bergelar Amangkurat atau Mangkurat, lengkapnya adalah Kanjeng Susuhunan Prabu Amangkurat Agung. Dalam bahasa Jawa kata Amangku yang berarti "memangku", dan kata Rat yang berarti "bumi", jadi Amangkurat berarti "memangku bumi". Demikianlah, ia menjadi raja yang berkuasa penuh atas seluruh Mataram dan daerah-daerah bawahannya, dan pada upacara penobatannya tersebut seluruh anggota keluarga kerajaan disumpah untuk setia dan mengabdi kepadanya.

Amangkurat I mendapatkan warisan Sultan Agung berupa wilayah Mataram yang sangat luas. Dalam hal ini ia menerapkan sentralisasi atau sistem pemerintahan terpusat. Amangkurat I juga menyingkirkan tokoh-tokoh senior yang tidak sejalan dengan pandangan politiknya. Misalnya, Tumenggung Wiraguna dan Tumenggung Danupaya tahun 1647 dikirim untuk merebut Blambangan yang telah dikuasai Bali, namun keduanya dibunuh di tengah jalan.

Amangkurat II

Sri Susuhunan Amangkurat II adalah pendiri sekaligus raja pertama Kasunanan Kartasura sebagai kelanjutan Kesultanan Mataram, yang memerintah tahun 1677-1703.

Ia merupakan raja Jawa pertama yang memakai pakaian dinas ala Eropa sehingga rakyat memanggilnya dengan sebutan Sunan Amral, yaitu ejaan Jawa untuk Admiral.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Silsilah Keluarga
* 2 Perselisihan Masa Muda
* 3 Persekutuan dengan Trunajaya
* 4 Persekutuan dengan VOC
* 5 Membangun Istana Kartasura
* 6 Sikap Amangkurat II terhadap VOC
* 7 Akhir Kehidupan Amangkurat II
* 8 Kepustakaan

[sunting] Silsilah Keluarga

Nama asli Amangkurat II ialah Raden Mas Rahmat, putra Amangkurat I raja Mataram yang lahir dari Ratu Kulon putri Pangeran Pekik dari Surabaya.

Amangkurat II memiliki banyak istri namun hanya satu yang melahirkan putra (kelak menjadi Amangkurat III). Konon, menurut Babad Tanah Jawi ibu Amangkurat III mengguna-guna semua madunya sehingga mandul.
[sunting] Perselisihan Masa Muda

Amangkurat III

Amangkurat III
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Sri Susuhunan Amangkurat Mas atau disingkat Amangkurat III atau Sunan Mas (lahir: ? – wafat: Srilangka, 1734), adalah raja Kasunanan Kartasura yang memerintah tahun 1703 – 1705.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Asal-Usul
* 2 Perselisihan dengan Pangeran Puger
* 3 Meninggalkan Kartasura
* 4 Perang Suksesi Jawa Pertama
* 5 Pembuangan ke Srilangka
* 6 Catatan
* 7 Kepustakaan

[sunting] Asal-Usul

Nama aslinya adalah Raden Mas Sutikna. Menurut Babad Tanah Jawi, ia adalah putra Amangkurat II satu-satunya karena ibunya telah mengguna-guna istri ayahnya yang lain sehingga mandul. Mas Sutikna juga dijuluki Pangeran Kencet, karena menderita cacat di bagian tumit.

Dikisahkan pula bahwa Mas Sutikna berwatak buruk, mudah marah dan cemburu bila ada pria lain yang lebih tampan. Ketika menjabat sebagai Adipati Anom, ia menikah dengan sepupunya, bernama Raden Ayu Lembah putri Pangeran Puger. Namun istrinya itu kemudian dicerai karena berselingkuh dengan Raden Sukra putra Patih Sindureja.

Kamis, 12 Agustus 2010

panembahan senopati

Sutawijaya
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Panembahan Senopati)
Perubahan tertunda ditampilkan di halaman iniBelum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Panembahan Senopati

Danang Sutawijaya (lahir: ? - wafat: Jenar, 1601) adalah pendiri Kesultanan Mataram yang memerintah sebagai raja pertama pada tahun 1587-1601, bergelar Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah Tanah Jawa. Tokoh ini dianggap sebagai peletak dasar-dasar Kesultanan Mataram. Riwayat hidupnya banyak digali dari kisah-kisah tradisional, misalnya naskah-naskah babad karangan para pujangga zaman berikutnya.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Asal-Usul
* 2 Peran Awal
* 3 Memberontak Terhadap Pajang
* 4 Memerdekakan Mataram
* 5 Menjadi Raja
* 6 Memperluas Kekuasaan Mataram
* 7 Akhir Pemerintahan
* 8 Kepustakaan

[sunting] Asal-Usul

Danang Sutawijaya adalah putra sulung pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Sabinah. Menurut naskah-naskah babad, ayahnya adalah keturunan Brawijaya raja terakhir Majapahit, sedangkan ibunya adalah keturunan Sunan Giri anggota Walisanga. Hal ini seolah-olah menunjukkan adanya upaya para pujangga untuk mengkultuskan raja-raja Kesultanan Mataram sebagai keturunan orang-orang istimewa.

Nyai Sabinah memiliki kakak laki-laki bernama Ki Juru Martani, yang kemudian diangkat sebagai patih pertama Kesultanan Mataram. Ia ikut berjasa besar dalam mengatur strategi menumpas Arya Penangsang pada tahun 1549.

Sutawijaya juga diambil sebagai anak angkat oleh Hadiwijaya bupati Pajang sebagai pancingan, karena pernikahan Hadiwijaya dan istrinya sampai saat itu belum dikaruniai anak. Sutawijaya kemudian diberi tempat tinggal di sebelah utara pasar sehingga ia pun terkenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.
[sunting] Peran Awal

Sayembara menumpas Arya Penangsang tahun 1549 merupakan pengalaman perang pertama bagi Sutawijaya. Ia diajak ayahnya ikut serta dalam rombongan pasukan supaya Hadiwijaya merasa tidak tega dan menyertakan pasukan Pajang sebagai bala bantuan. Saat itu Sutawijaya masih berusia belasan tahun.

Arya Penangsang adalah Bupati Jipang Panolan yang telah membunuh Sunan Prawoto raja terakhir Kesultanan Demak. Ia sendiri akhirnya tewas di tangan Sutawijaya. Akan tetapi sengaja disusun laporan palsu bahwa kematian Arya Penangsang akibat dikeroyok Ki Ageng Pamanahan dan Ki Panjawi, karena jika Sultan Hadiwijaya sampai mengetahui kisah yang sebenarnya (bahwa pembunuh Bupati Jipang Panolan adalah anak angkatnya sendiri), dikhawatirkan ia akan lupa memberikan hadiah.
[sunting] Memberontak Terhadap Pajang